Minggu, 14 Agustus 2011

Sifat Sistem Stratifikasi Sosial

Sifat Sistem Stratifikasi Sosial
Dari pemaparan di atas, tampak jelas keberagaman stratifikasi
sosial. Keadaan ini menjadikan masyarakat terbagi menjadi beberapa
kelompok atau lebih yang tentunya menempati posisi yang tidak sama
dalam pelapisan sosial atau stratifikasi sosial. Dalam sosiologi dikenal
tiga sistem stratifikasi sosial, yaitu stratifikasi sosial tertutup,
stratifikasi sosial terbuka, dan stratifikasi sosial campuran.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi sosial tertutup dalam masyarakat dapat digambarkan
seperti pada gambar di samping. Stratifikasi tertutup adalah
stratifikasi di mana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Satu-satunya jalan untuk masuk dalam
stratifikasi ini melalui kelahiran atau keturunan. Wujud nyata
dari stratifikasi ini adalah sistem kasta di Bali. Kaum Sudra tidak
dapat pindah posisi ke lapisan Brahmana. Atau masyarakat
rasialis, kulit hitam (Negro) yang dianggap di posisi rendah tidak
bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi sosial terbuka bersifat dinamis karena mobilitasnya
sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan
mobilitas sosial, baik vertikal maupun horizontal. Pada umumnya,
sistem pelapisan ini, memberikan kesempatan kepada setiap
anggota untuk naik ke strata yang lebih tinggi, atau turun ke strata
yang lebih rendah. Selain itu, sistem pelapisan terbuka
memberikan perangsang lebih besar kepada setiap anggota
masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat.
Contoh, seorang yang miskin karena usaha dan kerja keras dapat
menjadi kaya, atau sebaliknya.
c. Stratifikasi Campuran
Stratifikasi campuran diartikan sebagai sistem stratifikasi yang
membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu,
tetapi membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada
bidang lain. Contoh: seorang raden yang mempunyai kedudukan
terhormat di tanah Jawa, namun karena sesuatu hal ia pindah ke
Jakarta dan menjadi buruh. Keadaan itu menjadikannya memiliki
kedudukan rendah maka ia harus menyesuaikan diri dengan
aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

Sistem Kasta
Sistem lapisan sosial yang tertutup dengan jelas dapat dilihat dalam
masyarakat India. Sistem pelapisan di India sangat kaku dan menjelma
dalam bentuk kasta. Secara umum, kasta di India mempunyai ciri-ciri
tertentu, yaitu:
a. Keanggotaan pada kasta, diperoleh karena warisan atau kelahiran.
Dengan kata lain, anak yang lahir akan memperoleh kedudukan dari
orang tuanya.
b. Keanggotaan yang diwariskan, berlaku untuk seumur hidup. Oleh karena
itu, seseorang tidak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali apabila
ia dikeluarkan dari kastanya.
c. Perkawinan bersifat endogami, artinya seseorang harus menikah
dengan orang yang berada dalam satu kasta.
d. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e. Adanya kesadaran pada keanggotaan suatu kasta tertentu. Hal ini
terlihat nyata dari nama kasta, identifikasi anggota pada kasta,
penyesuaian diri terhadap norma-norma yang berlaku dalam kasta yang
bersangkutan, dan lain-lain.
f. Kasta terikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
g. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Sistem kasta di India telah ada sejak berabad-abad yang lampau. Istilah
kasta dalam bahasa India adalah ”yati”, sedangkan sistemnya disebut ”varna”.
Menurut kitab Reg-Wedha, dalam masyarakat India Kuno terdapat empat varna
yang tersusun atas Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra. Kasta Brahmana
terdiri atas pendeta-pendeta yang dipandang sebagai lapisan tertinggi. Kesatria
merupakan kasta golongan bangsawan dan tentara. Waisya terdiri atas kasta
golongan pedagang, sedangkan Sudra terdiri atas orang-orang biasa atau rakyat
jelata. Golongan yang tidak berkasta, tidak masuk dalam sistem varna dan
disebut golongan Paria.
Suatu sistem stratifikasi tertutup dalam batas-batas tertentu, juga
dijumpai pada masyarakat Bali. Seperti halnya masyarakat India, masyarakat
Bali pun terbagi dalam empat lapisan sesuai dengan kitab suci orang Bali
yaitu Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra. Ketiga lapisan pertama biasa
disebut ”triwangsa”, sedangkan lapisan terakhir disebut ”jaba”. Keempat
lapisan tersebut terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus, yang biasanya
diketahui dari gelar yang disandang. Gelar-gelar tersebut diwariskan menurut
garis keturunan laki-laki yang antara lain Ida Bagus (Brahmana), Tjokorda,
Dewa, Ngahan (Kesatria), I Gusti, Gusti (Waisya), Pande, Kbon, dan Pasek
(Sudra).
Walaupun gelar-gelar tersebut tidak memisahkan golongan-golongan
secara ketat, akan tetapi sangat penting bagi sopan santun pergaulan. Selain
itu, hukum adat juga menetapkan hak-hak bagi si pemakai gelar, misalnya
dalam memakai tanda-tanda, perhiasan, pakaian tertentu, dan lain-lain.
Kehidupan sistem kasta di Bali tersebut umumnya tampak jelas dalam
hubungan perkawinan, terutama seorang gadis dari suatu kasta tertentu
pada umumnya dilarang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih
rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Design By:
SkinCorner